Thursday, February 10, 2005

Chapter I-9 The beginning

Nic tersentak, suara itu adalah suara yang sama dengan yang berbicara padanya pada saat ia disergap kegelapan, saat ia tersiksa, saat semuanya menjadi tidak ia mengerti. Suara yang meredakan rasa sakit sekaligus menyiksanya dalam ketidak mengertian. Suara yang timbul tenggelam seperti melakukan koneksi telepon genggam saat tidak ada sinyal.
Dan kini suara itu bicara kepadanya dalam kejernihan yang mutlak, saat ia terbaring tanpa daya, saat kegelapan hanya diterangi sinar berpendar dari sosok wanita itu.
"Dan akhirnya kita bertemu, satu penjagaan yang lama dan mengkhawatirkanku. Akhirnya tubuhmu pun tak dapat menolak takdir atas dirimu?"
"Siapa kau?", Nic terhenyak dengan suaranya sendiri. Tak menyangka bahwa ia akan dapat berbicara.
"Akulah orang yang selama ini mencoba berbicara kepadamu, namun pikiranmu masih menolak keberadaanku", jawab wanita itu tanpa menggerakkan bibir sama sekali. Sepertinya ia bicara melalui telepati, percakapan tanpa kata yang terucap.
"Mengapa kau bisa ada disini? Apakah aku telah mati? Apakah kau malaikat? Bukannya malaikat akan bicara saat aku sudah dikubur? Bukannya mereka akan bertanya siapa Tuhanku? Bukannya mereka akan membawa cemeti yang besar yang akan mencambukku jika jawabanku salah?"
Wanita itu tersenyum.
"Mati atau hidup adalah masalah definisi, saat ini kau dalam keadaan tidak mati, namun nantinya bukan juga hidup menurut definisimu?"
"Lalu aku apa? Hantu? Jin? Apakah aku mati penasaran. Hei, aku tidak mati bunuh diri ataupun mati karena putus cinta. Aku tidak penasaran terhadap siapapun. Aku tidak mau balas dendam kepada siapapun."
"Kau adalah kau, bukan hantu bukan jin, bukan arwah penasaran. Hanya mengalami perubahan mendasar terhadap cara kerja tubuh manusiamu"
"Perubahan seperti apa? Apa aku akan jadi mutan?", dalam pikirannya ia akan menjadi salah satu tokoh XMEN yang bisa menembakkan laser dari matanya.
Wanita itu tertawa. Tawa yang dingin namun terasa merdu.
"Hahaha, yah jika menurut definisimu manusia yang bermutasi itu mutan, maka benar kau adalah mutan. Tapi tidak bisa menembakkan laser seperti yang kau pikirkan", wanita itu tersenyum.
Sekali lagi Nic tersentak. Wanita itu bisa membaca pikirannya.
"Bagaimana bisa kau membaca pikiranku? Aku tidak mengatakan mutan seperti itu?"
"Apakah saat ini kau sedang berbicara anak muda? Apakah lidahmu berbicara? Apakah aku juga berbicara? Kita sedang berkomunikasi. Dan bicara dengan suara tu adalah komunikasi yang paling primitif. Kita sudah jauh melampaui itu. Otak depan kita sudah bermutasi, jauh ke depan melewati evolusi peradaban manusia modern. Kita bicara dengan gelombang otak, yang disebut manusia modern di jaman ini dengan telepati"
Kali ini Nic termenung. Semuanya sudah membuat ia tak dapat lagi berpikir. Keseluruhan adegan ini seperti puncak dari segala kebingungannya atas semua yang terjadi pada dirinya selama ini.
" Dan lalu kau siapa? Anggota persekutuan mutan yang datang untuk menjemputku sebagai anggota?", tanya Nic dengan tertawa sinis, dalam kesakitanpun selera humornya tak pernah mati.
"Ya, bisa jadi seperti itu", sahut wanita itu sambil tersenyum.
Tiba-tiba sosok tubuh wanita itu menjadi meredup.
Wanita itu gelisah, menoleh kea rah belakang dan tiba tiba beranjak pergi. Tubuhnya sudah redup, yang tersisa adalah kegelapan abadi.
"Hai, jangan pergi !!, teriak Nic putus asa.
"Aku akan menghubungimu lagi, banyak hal yang harus kita bicarakan", suara wanita itu terdengar menjauh.
Tiba-tiba ruangan itu menjadi terang, Nic membuka matanya sedikit kesilauan. Masih tidak sadar dengan apa yang sedang terjadi. Yang pertama kali dilihatnya adalah sosok-sosok berjubah hijau dan seorang pria berpakaian putih.
"Berikan suntikan 10 mg, dan bawakan alat pemacu jantung", teriak pria tersebut.
Nic baru sadar ia ada di ruang yang sepertinya rumah sakit. Entah bagaimana ia merasa tenaganya pulih, ia langsung bangkit duduk dan membuat seluruh staf rumah sakit terkejut. Seorang suster bahkan terpekik mundur dan menabrak meja dorong sehingga jatuh berkelontangan.
"Ada apa ini?", Nic melihat banyak kabel ditempelkan di tubuhnya. Segera ia menariknya lepas diiringi pekikan dari para suster di ruangan tersebut.
"Dik, jangan dilepas. Apa yang kamu lakukan?"
" Saya tidak apa apa Dok, saya hanya ingin pulang"
Begitu detector detak jantung dilepas, encepalograph menampilkan garis luruh dan bunyi tuut yang panjang seperti di film-film menandakan orang tersebut sudah meninggal. Sekali lagi suster-suster itu tersentak.
"Kamu tidak boleh pulang, kamu masih sakit"
"Saya tidak sakit Dok. Saya yang merasakah kalau ada tubuh saya yang sakit. Saya hanya ingin pulang", terakhir Nic mencabut infus dengan menyeringai menahan sakit kemudian beranjak turun dari tempat tidur.
"Lihat saya tidak apa-apa kan?", tegasnya sambil memandangi mata dokter tersebut.
Dan seperti terkena hipnotis dokter tersebut mengangguk lalu melangkah mundur. Suster-suster hanya bisa terdiam, heran dengan apa yang telah terjadi. Mereka menyerbu masuk karena denyut jantung sudah menunjukkan tingkat yang kritis, jauh dibawah normal sehingga alarm berbunyi menandakan ada pasien yang kritis.
Nic melangkah keluar diikuti pandangan yang heran dan takut. Tidak ada yang mengikutinya pergi keluar dari kamar tersebut. Nic terus melangkah hingga keluar ke halaman rumah sakit. Menyetop sebuah taxi dan melaju meninggalkan rumah sakit yang merasa kecewa karena seorang pasien telah sembuh meninggalkannya.


No comments: